Banner 468 x 60px

Madrasal Lebih Baik, Lebih Baik Madrasah

Ayo Sekolah Di MIN 20 Jakarta
 

Rabu, 23 Oktober 2019

Pendidikan Keteladanan dalam Islam, MIN 20 Jakarta

0 komentar
Semangat pagi... Semangat beraktifitas.... MIN 20 Jakarta Tetap berjaya



Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut wawasan keilmuan yang sumbernya berada di dalam Al-Qur’an dan hadits. Sebagaimana yang diutarakan oleh Prof. DR. Oemar Muhammad At-Toumy Al-Saibany, bahwa penentuan macam metode atau tehnik yang dipakai dalam mengajar dapat diperoleh pada cara-cara pendidikan yang terdapat dalam Al-Qur’an, Hadist, amalan-amalan Salaf as Sholeh dari sahabat-sahabat dan pengikutnya.

Dalam Al-Qur’an banyak mengandung metode pendidikan yang dapat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Metode tersebut mampu menggugah puluhan ribu kaum muslimin untuk membuka hati manusia agar dapat menerima petunjuk Ilahi dan kebudayaan Islam. Diantara metode-metode itu yang paling penting dan paling menonjol adalah:

  1. Mendidik dengan hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi
  2. Mendidik dengan kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
  3. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qur’ani dan Nabawi
  4. Mendidik dengan memberi teladan
  5. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mau’idloh (peringatan)
  6. Mendidik dengan membuat targhib (senang), dan tarhib (takut).

Adapun mendidik dengan memberi keteladanan memiliki dasar sebagaimana ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang dasar-dasar pendidikan antara lain:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).

Ayat di atas sering diangkat sebagai bukti adanya keteladanan dalam pendidikan. Muhammad Qutb, misalnya mengisyaratkan sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata dalam bukunya  Filsafat Pendidikan Islam bahwa: “Pada diri  Nabi Muhammad Alloh menyusun suatu bentuk sempurna yaitu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung”.  

Keteladanan ini dianggap penting, karena aspek agama yang terpenting adalah akhlaq yang terwujud dalam tingkah laku (behavior). Untuk mempertegas keteladanan Rasulullah, Al-Qur’an lebih lanjut menjelaskan akhlaq Nabi yang disajikan tersebar dalam berbagai ayat di dalam Al-Qur’an. Dalam surat Al- Fath bahwa sifat Nabi SAW beserta pengikutnya itu bersikap keras terhadap orang-orang kafir akan tetapi berkasih sayang pada mereka, senantiasa ruku’ dan sujud (sholat), mencari keridloan Allah. Pada ayat lain dijelaskan bahwa diantara tugas yang dilakukan Nabi adalah menjadi saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, penyeru kepada agama Allah dengan izinnya dan untuk menjadi cahaya yang meneranginya. (QS. Al-Ahzab: 45-46).

Dalam ayat lain juga disebutkan dalam serangkaian doa:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
 “Mereka berdoa: wahai Tuhan kami berikanlah kepada kami keluarga dari turunan yang menjadi cahaya mata (menyenangkan hati), jadikanlah kami teladan (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Furqon: 74).



Telah diketahui bersama bahwa Alloh SWT mengutus nabi Muhammad SAW agar menjadi teladan bagi seluruh manusia dalam merealisasikan sistem pendidikan Islam. Setiap prilaku Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari merupakan prilaku Islami yang bersumber dari Al-Qur’an. Aisyah ra sendiri pernah berkata bahwa akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Dengan demikian sebagai muslim, hendaknya menjadikan Rasul sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Karena keagungan keteladanan yang sempurna hanya dimiliki Rasulullah pembawa risalah abadi, kesempurnaannya menyeluruh dan universal, baik yang berhubungan dengan masalah ibadah, atau yang menyangkut kepatuhan atau kesabaran. Ini semua perlu diteladani dengan harapan agar kita menjadi manusia yang bermental islami yang seluruh aspek kejiwaannya didasari dengan nilai-nilai luhur Al-Qur’an dan Hadits.

Kesanggupan mengenal Allah adalah kesanggupan paling awal dari manusia. Ketika Rasulullah bersama Siti Khodijah sedang mengerjakan sholat, sayyidina Ali masih kecil datang dan menunggu sampai selesai, kemudian beliau bertanya: “Apakah yang sedang Anda lakukan?”. Dan Rasul pun menjawab: “Kami sedang menyembah Alloh, Tuhan pencipta alam semesta”. Lalu Ali spontan menyatakan ingin bergabung. Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta modal kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka mempercayai pada kebenaran prilaku, sikap dan tindakan kita. Dengan demikian, menabung kedekatan dan cinta kasih dengan anak, akan memudahkan kita nantinya membawa mereka pada kebaikan-kebaikan.

Bagaimana tips mendidik ala Nabi SAW ? Setidaknya ada tiga cara bagaimana mendidik anak menurut Nabi SAW, yaitu Metode mendidik dengan memberi keteladanan (perbuatan), metode yang berpengaruh terhadap akal, metode yang berpengaruh terhadap kejiwaan

Rasulullah merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin beliau ajarkan melalui tindakannya, kemudian menterjemahkan tindakannya  ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Alloh, bagaimana bersikap sederhana, apa yang beliau katakan tentang kejujuran, keadilan, toleransi, bagaimana duduk dalam sholat, do’a, dan lain sebagainya. Semuanya ini beliau lakukan dulu dan kemudian baru mengajarkannya kepada orang lain. Sebagai hasilnya, apapun yang beliau ajarkan diterima dengan segera di dalam keluarganya dan oleh para pengikutnya, karena ucapan beliau menembus ke dalam hati sanubari mereka.

Di dalam keluarga Rasulullah terdapat perasaan keterpesonaan permanen. Orang-orang yang memperoleh tatapan sekilas darinya dapat merasakan keindahan surga dan kengerian neraka. Beliau gemetar selama  sholat, menggigil karena takut neraka dan terbang dengan sayap keinginan akan surga. Perilaku beliau memberi inspirasi dan berkah kepada setiap orang di sekelilingnya. Anak-anak dan istri-istri beliau juga merasa kagum dan takut manakala beliau berkhotbah, memberi perintah, dan apa-apa yang mereka alami dan dilakukan  serta memberi contoh melalui tindakan mereka. Andaikan semua ahli pendidikan berkumpul dan menyatukan semua pengetahuan mereka tentang pendidikan, mereka tidak bisa seefektif Nabi.

Keteladanan inilah yang nampaknya menjadi sarana yang paling efektif dalam menyampaikan materi pendidikan beliau.  Beliau tampil sebagai contoh kongkrit dari semua materi dakwah dan pendidikan yang beliau sampaikan. Murid-murid beliau tidak pernah lagi bertanya seperti apa contoh kongkrit dari kejujuran, kesederhanaan, toleransi, dan lain sebagainya. Karena mereka dapat menyaksikan semua itu secara langsung, pada guru mereka sendiri, yaitu Rasulullah. Keteladanan yang beliau tampilkan. Adalah betul-betul menjadi langkah dan strategi pendidikan yang amat manjur dan jitu untuk menularkan semua kecerdasan yang beliau miliki. Sebab, semua yang beliau tampilkan baik berupa perbuatan ataupun perkataan mampu menyedot perhatian besar para peserta didiknya sehingga dengan penuh kesadaran yang tinggi mereka ingin untuk meniru dan melaksanakan apa yang dikatakan dan dikerjakan oleh beliau.

Beliau telah sukses menampilkan dirinya sebagai sosok yang memang pantas ditiru dan diteladani. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan akan selalu membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Dalam proses interaksi inilah akan terjadi saling mempengaruhi, karena secara psikologis manusia terutama anak-anak memiliki kecenderungan atau naluri meniru orang lain. Di samping itu, secara psikologis pula, seseorang membutuhkan tokoh teladan dalam kehidupannya. Semua itu disadari atau tidak akan mempengaruhi kepribadian seseorang

Aby Avicenna, SHI, S.Pd.I
Pelaksana 20’






0 komentar:

Posting Komentar

 
MIN 20 JAKARTA © 2019