Semangat pagi... Semangat beraktifitas.... MIN 20
Jakarta Tetap berjaya
Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak
menyangkut wawasan keilmuan yang sumbernya berada di dalam Al-Qur’an dan
hadits. Sebagaimana yang diutarakan oleh Prof. DR. Oemar Muhammad At-Toumy
Al-Saibany, bahwa penentuan macam metode atau tehnik yang dipakai dalam
mengajar dapat diperoleh pada cara-cara pendidikan yang terdapat dalam
Al-Qur’an, Hadist, amalan-amalan Salaf as Sholeh dari sahabat-sahabat dan
pengikutnya.
Dalam Al-Qur’an banyak mengandung metode
pendidikan yang dapat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan
semangat. Metode tersebut mampu menggugah puluhan ribu kaum muslimin untuk
membuka hati manusia agar dapat menerima petunjuk Ilahi dan kebudayaan Islam.
Diantara metode-metode itu yang paling penting dan paling menonjol adalah:
- Mendidik dengan hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi
- Mendidik dengan kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
- Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qur’ani dan Nabawi
- Mendidik dengan memberi teladan
- Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mau’idloh (peringatan)
- Mendidik dengan membuat targhib (senang), dan tarhib (takut).
Adapun mendidik dengan memberi keteladanan
memiliki dasar sebagaimana ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang dasar-dasar pendidikan
antara lain:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi
orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan hari akhir dan dia banyak
mengingat Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).
Ayat di atas
sering diangkat sebagai bukti adanya keteladanan dalam pendidikan. Muhammad
Qutb, misalnya mengisyaratkan sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata dalam
bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa:
“Pada diri Nabi Muhammad Alloh
menyusun suatu bentuk sempurna yaitu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang
sejarah masih berlangsung”.
Keteladanan
ini dianggap penting, karena aspek agama yang terpenting adalah akhlaq yang
terwujud dalam tingkah laku (behavior). Untuk mempertegas keteladanan
Rasulullah, Al-Qur’an
lebih lanjut menjelaskan akhlaq Nabi yang disajikan tersebar dalam berbagai
ayat di dalam Al-Qur’an.
Dalam surat Al- Fath bahwa sifat Nabi SAW beserta pengikutnya itu bersikap
keras terhadap orang-orang kafir akan tetapi berkasih sayang pada mereka,
senantiasa ruku’ dan sujud (sholat), mencari keridloan Allah. Pada ayat lain
dijelaskan bahwa diantara tugas yang dilakukan Nabi adalah menjadi saksi,
pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, penyeru kepada agama Allah dengan
izinnya dan untuk menjadi cahaya yang meneranginya. (QS. Al-Ahzab: 45-46).
Dalam ayat
lain juga disebutkan dalam serangkaian doa:
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Mereka berdoa: wahai Tuhan kami berikanlah
kepada kami keluarga dari turunan yang menjadi cahaya mata (menyenangkan hati),
jadikanlah kami teladan (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS.
Al-Furqon: 74).
Telah
diketahui bersama bahwa Alloh SWT mengutus nabi Muhammad SAW agar menjadi
teladan bagi seluruh manusia dalam merealisasikan sistem pendidikan Islam.
Setiap prilaku Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari merupakan prilaku Islami
yang bersumber dari Al-Qur’an. Aisyah ra sendiri pernah berkata bahwa akhlak
beliau adalah Al-Qur’an. Dengan demikian sebagai muslim, hendaknya menjadikan
Rasul sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Karena keagungan
keteladanan yang sempurna hanya dimiliki Rasulullah pembawa risalah abadi,
kesempurnaannya menyeluruh dan universal, baik yang berhubungan dengan masalah
ibadah, atau yang menyangkut kepatuhan atau kesabaran. Ini semua perlu
diteladani dengan harapan agar kita menjadi manusia yang bermental islami yang
seluruh aspek kejiwaannya didasari dengan nilai-nilai luhur Al-Qur’an dan
Hadits.
Kesanggupan
mengenal Allah adalah kesanggupan paling awal dari manusia. Ketika Rasulullah
bersama Siti Khodijah sedang mengerjakan sholat, sayyidina Ali masih kecil
datang dan menunggu sampai selesai, kemudian beliau bertanya: “Apakah yang
sedang Anda
lakukan?”. Dan Rasul pun menjawab: “Kami sedang menyembah Alloh, Tuhan pencipta
alam semesta”. Lalu Ali spontan menyatakan ingin bergabung. Hal ini menunjukkan
bahwa keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta modal
kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka mempercayai pada
kebenaran prilaku, sikap dan tindakan kita. Dengan demikian, menabung kedekatan
dan cinta kasih dengan anak, akan memudahkan kita nantinya membawa mereka pada
kebaikan-kebaikan.
Bagaimana
tips mendidik ala Nabi SAW ? Setidaknya ada tiga cara bagaimana mendidik anak menurut Nabi SAW, yaitu Metode mendidik dengan
memberi keteladanan (perbuatan), metode yang berpengaruh terhadap akal,
metode yang berpengaruh terhadap kejiwaan
Rasulullah
merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin beliau ajarkan melalui
tindakannya, kemudian menterjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata.
Bagaimana memuja Alloh, bagaimana bersikap sederhana, apa yang beliau katakan
tentang kejujuran, keadilan, toleransi, bagaimana duduk dalam sholat, do’a, dan
lain sebagainya. Semuanya ini beliau lakukan dulu dan kemudian baru
mengajarkannya kepada orang lain. Sebagai hasilnya, apapun yang beliau ajarkan
diterima dengan segera di dalam keluarganya dan oleh para pengikutnya, karena
ucapan beliau menembus ke dalam hati sanubari mereka.
Di
dalam keluarga Rasulullah terdapat perasaan keterpesonaan permanen. Orang-orang
yang memperoleh tatapan sekilas darinya dapat merasakan keindahan surga dan
kengerian neraka. Beliau gemetar selama sholat, menggigil karena takut
neraka dan terbang dengan sayap keinginan akan surga. Perilaku beliau memberi
inspirasi dan berkah kepada setiap orang di sekelilingnya. Anak-anak dan
istri-istri beliau juga merasa kagum dan takut manakala beliau berkhotbah,
memberi perintah, dan apa-apa yang mereka alami dan dilakukan serta
memberi contoh melalui tindakan mereka. Andaikan semua ahli pendidikan berkumpul
dan menyatukan semua pengetahuan mereka tentang pendidikan, mereka tidak bisa
seefektif Nabi.
Keteladanan
inilah yang nampaknya menjadi sarana yang paling efektif dalam menyampaikan
materi pendidikan beliau. Beliau tampil sebagai contoh kongkrit dari
semua materi dakwah dan pendidikan yang beliau sampaikan. Murid-murid beliau
tidak pernah lagi bertanya seperti apa contoh kongkrit dari kejujuran,
kesederhanaan, toleransi, dan lain sebagainya. Karena mereka dapat menyaksikan
semua itu secara langsung, pada guru mereka sendiri, yaitu Rasulullah.
Keteladanan yang beliau tampilkan. Adalah betul-betul menjadi langkah dan
strategi pendidikan yang amat manjur dan jitu untuk menularkan semua kecerdasan
yang beliau miliki. Sebab, semua yang beliau tampilkan baik berupa perbuatan
ataupun perkataan mampu menyedot perhatian besar para peserta didiknya sehingga
dengan penuh kesadaran yang tinggi mereka ingin untuk meniru dan melaksanakan
apa yang dikatakan dan dikerjakan oleh beliau.
Beliau
telah sukses menampilkan dirinya sebagai sosok yang memang pantas ditiru dan
diteladani. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan
akan selalu membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Dalam proses interaksi
inilah akan terjadi saling mempengaruhi, karena secara psikologis manusia
terutama anak-anak memiliki kecenderungan atau naluri meniru orang lain. Di
samping itu, secara psikologis pula, seseorang membutuhkan tokoh teladan dalam
kehidupannya. Semua itu disadari atau tidak akan mempengaruhi kepribadian
seseorang
Aby
Avicenna, SHI, S.Pd.I
Pelaksana
20’
0 komentar:
Posting Komentar